Pasar Bebas memang telah dimulai, terutama pasar bebas ASEAN atau AFTA (ASEAN Free Trade Area) dengan terbukanya pasar bebas ASEAN, maka aliran perdagangan barang dan jasa, investasi, dan perpindahan tenaga kerja antar negara ASEAN tak ada lagi hambatannya. Hal ini tentunya akan banyak menghadirkan tantangan maupun peluang tersendiri bagi industri pergulaan di Indonesia. Lanjut bagaimana nasib industri gula di Indonesia??? Siap tidak siap, mau tidak mau industri pergulaan Indonesia harus menghadapi persaingan ini. Strategi yang harus di lakukan oleh industri gula di Indonesia yakni melihat tebu bukan hanya sebagai penghasil gula semata, melainkan melihat seluruh potensi/nilai guna yang dikandung oleh tebu (diversifikasi). Melakukan upaya penciptaan nilai guna mendukung kelangsungan hidup perusahaan melalui optimalisasi potensi sumber daya untuk menghasilkan sumber pendapatan jangka pendek dan jangka panjang bagi perusahaan sangat diharuskan untuk menjawab tantangan tersebut.
Tebu merupakan tanaman yang memiliki keunggulan baik dalam arti ekonomi maupun lingkungan. Salah satu karakteristik keunggulan tebu dibandingkan tanaman lainnya adalah kapasitas pertumbuhan yang luar biasa. Varietas tebu yang tiap tahunnya dikembangkan, tidaklah jarang produksi tebu 100 ton/hektar dapat dicapai. Tebu tidak memerlukan banyak pestisida sehingga selain ramah lingkungan, kesempatan untuk menggunakan sisa-sisa tanaman tebu untuk bahan bakar, pakan ternak atau bahan baku lainnya seperti bagas atau ampas bisa di manfaatkan.
Produk utama yang saat ini masih menjadi andalan di pabrik gula yakni gula. Padahal proses pengolahan tebu menjadi gula selain menghasilkan gula, juga dihasilkan limbah padat yang berasal dari ampas tebu dalam jumlah yang tidak sedikit. Struktur batang tebu sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 70% dan sisanya sebesar 30% berupa bahan kering yang terdiri dari bagas atau ampas tebu, sukrosa, kadar abu, dan silika. Bagas atau ampas tebu adalah serat-serat sisa dari batang tebu setelah sari gula di ekstrasi. Bagas atau ampas pada umumnya diperoleh sebagai limbah di pabrik gula. Adapun limbah yang dihasilkan seperti bagas atau ampas, jarang dimanfaatkan menjadi produk/olahan yang memiliki nilai jual oleh pabrik gula. Tidak dapat dipungkiri bahwa bagas atau ampas tebu masih digunakan sebagai power utama/bahan bakar di sebagian besar pabrik gula di Indonesia.
Kreatif dan Inovatif. Kertas tissue kini menjadi suatu kebutuhan keseharian, yang dapat digunakan untuk membersihkan kotoran pada tangan maupun wajah. Menurut data produksi, untuk menghasilkan 20 lembar tissue atau satu bungkus kertas tissue memerlukan satu pohon. Jika rata-rata manusia menggunakan satu bungkus kertas tissue perhari, sepuluh orang telah menghancurkan sepuluh pohon. Jika hal tersebut tetap dibiarkan maka global warming akan mengancam keberadaan manusia di muka bumi. Hasil business study dan analisis kelayakan sosial ekonomi tentang potensi pemanfaatan bagas sebagai bahan baku untuk tissue sudah pernah dilaksanakan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta di tahun 2014. Mereka menamakan tisu “Upik Abu” yang merupakan singkatan dari “Untuk Penyelamat Bumi Kita Terbuat dari Ampas Tebu”. Proses pengolahan bagas/ampas tebu cukup sederhana, tahap pertama ampas tebu dibersihkan dengan cara merendam air panas, kemudian diaduk sampai bersih dan direndam kembali. Setelah selesai baru dikeringkan. Tahap pembuatan tissue dimulai dengan cara menumbuk ampas tebu sampai tinggal seratnya. Kemudian tumbukan ampas tebu tersebut dimasak menggunakan asam asetat dan air. Setelah proses pemasakan selesai, lalu dicuci menggunakan air bersih agar kandungan asam asetat dalam ampas tebu tersebut habis. Tahap selanjutnya memisahkan serat mandiri ampas tebu menjadi serat-serat halus yang dilakukan dengan cara disintegrasi, lalu serat halus ampas tebu disaring dan dikeringkan. Dari sini kemudian serat halus ampas tebu dibuat lembaran kertas tissue dengan memperhatikan ketebalannya. Langkah terakhir ditambahkan parfum sebagai aromaterapi. Hasil produk ini memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan, tissue wajah ukuran besar dijual dengan harga Rp. 7.000, tissue wajah Rp. 4.000, tissue gulung dijual dengan harga Rp. 3.500, dan tissue makan dijual dengan harga Rp. 3.000. Keunggulan tissue dengan bahan baku ampas tebu ini adalah serat-serat non kayu (ampas) sebagai bahan baku pembuatan tissue lebih enviromentally friendly dibandingkan dengan bahan baku kayu. (sumber :vivanews.com, 2014).
Apabila bagas atau ampas tebu tersebut nantinya akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan tissue atau bahkan produk lainnya, maka harus ada perubahan kebijakan dari pabrik gula secara keseluruhan untuk menggunakan bahan bakar lain. Program PMN (Penyertaan Modal Negara) dari APBN-P tahun 2015 sebesar 5,3 triliyun, diharapkan dapat menjadi peluang emas industri pergulaan untuk mengembangkan program hilir. Krisis energi di pabrik gula dapat teratasi, surplus ampas dapat tercapai, inovasi anak bangsa ini dapat diujicoba sebagai peluang bisnis di pabrik gula.
Dunia pergulaan terus berkembang, terus berubah dengan perubahan yang akan makin cepat intensitasnya. Hanya satu jawaban untuk bisa mengatasi perubahan itu, yaitu inovasi yang tak pernah berhenti (9).
0 komentar:
Posting Komentar