Selamat Datang

Selamat Datang

Buku Tamu

[Pasang Widget] | [tutup]

Followers

Selasa, 26 Juli 2016

YANG TERLUPAKAN...

Produktivitas lahan dan total produksi gula nasional, industri gula indonesia pernah mencapai masa kejayaan pada pertengahan tahun 30-an. Ketika itu hanya dengan luas lahan (sawah) sekitar 200.000 Ha mampu menghasilkan gula 3 Juta Ton, sehingga rata-rata produksinya mencapai 15 ton gula/ha. Tingkat produktivitas yang tinggi tersebut tidak dapat terus dipertahankan, bahkan dari tahun ke tahun bahkan produktivitas lahan tebu semakin menurun hingga sekarang.

Rendahnya produktivitas tersebut selain dikarenakan tidak dapat diterapkan baku teknis budidaya tebu, juga disebabkan oleh terjadinya pergeseran areal pertanaman tebu dari lahan sawah beririgasi teknis ke lahan tegalan, lahan kritis ataupun lahan marginal.  Hal tersebut sebagai dampak menyempitnya lahan sawah potensial akibat adanya perubahan peruntukan lahan pertanian menjadi areal pemukiman, pembuatan sarana jalan dan bangunan serta infrastruktur lainnya. Dilain pihak, biaya produksi dan biaya pengelolaan lahan tebu sejalan dengan semakin mahalnya upah tenaga kerja, semakin mahalnya sewa  dan sebagainya. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi maka dalam waktu yang tidak terlalu lama industri gula nasional, terutama dijawa, akan gulung tikar.

Persoalan klasik lainnya bertumpu pada tidak diterapkannya standar teknis budidaya tebu. Banyak persoalan mendasar dalam budidaya terlupakan begitu saja. Disadari ataupun tidak disadari, apabila diantara kita sebagai pelaku industri gula ditanya “Apa yang dimaksud dengan teknik budidaya tebu???” Maka jawabannya Reynoso, Apa pengertian teknik budidaya back to basic???” maka jawabannya kembali ke sistem Reynoso. Sejarah telah mencatat prestasi sistem Reynoso sebagai satu-satunya sistem budidaya tebu yang mampu meningkatkan produktivitas tebu secara Nasional. Tapi saat ini sistem Reynoso seperti kehilangan rohnya.

Sebagai langkah strategis untuk menyelamatkan industri gula Indonesia dengan sasaran swasembada gula adalah melalui program Revitalisasi Industri Gula. Salah satu faktor yang sangat menentukan produktivitas yakni dengan cara pendekatan kultur teknis yang tepat. Pada era saat ini kaidah teknik budidaya tebu dianggap masih kurang “pas” atau cenderung “asal-asalan”, kondisi demikian berdampak pada produktivitas tebu. Secara urutan pekerjaan budidaya tebu dari dulu hingga sekarang memang tidak ada perubahan berarti, namun pelaku industri gula tidak banyak yang tahu. Dan apabila urutan pekerjaan tersebut tidak dilaksanakan secara disiplin maka resiko harus siap dihadapi oleh industri gula itu sendiri. Sifat tanaman bisa di ibaratkan manusia apabila kita tidak dapat memenuhi kebutuhannya/hak-haknya maka akan “protes” sama halnya dengan tanaman, tanaman tersebut juga akan “protes”. Adapun wujud protes tanaman tersebut antara lain berupa pertumbuhan tidak optimal dan produksi yang rendah.

Tebu memiliki sifat bawaan “Suka air tetapi peka terhadap kondisi lingkungan tumbuh berdrainase jelek. Maka untuk mendukung pertumbuhannya secara optimal tebu memerlukan air dalam jumlah banyak, namun apabila kondisi lingkungannya berdrainase jelek maka pertumbuhannya akan terhambat sehingga produktivitas tidak maksimal. Beberapa kunci untuk pembudidayaan tebu berdasarkan urutan prioritas penanganannya sebagai berikut :


Prioritas (1)
1.      Air dapat dikendalikan secara efektif
2.      Lingkungan berdrainase baik
3.      Masa tanam Optimal
Tanpa dipenuhinya prasarana tersebut maka apapun input dan apapun yang diberikan kepada tebu berdampak terhadap produktivitas.

Prioritas (2) :
1.      Varietas yang cocok dengan lingkungan sekitar
2.      Hara Makanan yang cukup
3.      Organisme pengganggu tanaman dapat dikendalikan secara efektif
Varietas tidak hanya menyangkut masalah komposisi (masak awal, tengah, akhir) tetapi kemurnian dalam suatu hamparan lahan. Agar tebu mendapatkan makanan dalam jumlah cukup dan berimbang maka jenis dan dosis sesuai dengan hasil analisa tanah (sebelum umur 3 bulan). Pengendalian Organisme pengganggu tanaman harus dapat ditekan semaksimal mungkin.

Prioritas (3) :
Manajemen tebang dan angkut, prioritas ini merupakan faktor penting karena berdampak ganda terhadap kualitas bahan baku dan kualitas tanaman pada tahun berikutnya. Lama waktu tebangan dengan giling (Kurang dari 24 Jam).

Prioritas (4)
Meskipun masalah pabrik ini diluar kendali bagian tanaman, namun dalam kenyataannya kelancaran pabrik yang baik, secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas bahan baku tebu. Apabila pabrik mempunyai performance baik, giling lancar dan kehilangan gula dalam proses  dapat ditekan maka berdampak terhadap meningkatnya perolehan gula. Apabila kelancaraan giling didalam pabrik tidak baik, maka lupakan produktivitas...

Seperti halnya dengan komoditas agribisnis lain, budidaya tebu memerlukan jadwal tanam dan pemeliharaan ketat didukung ketersediaan lahan dan modal kerja. Pelaku bisnis pergulaan terutama petani harus diyakinkan bahwa melalui demonstrasi lapangan dan proyek percontohan, produktivitas dan pendapatan yang lebih baik dapat dicapai. Demikian juga dengan manajemen di pabrik gula, dari mulai manajemen tanam, tebang  sampai proses pengolahan tebu hingga hasil akhir yakni produksi gula perlu dilakukan pengawasan guna mengantisipasi dan mencegah terjadinya penyimpangan/deviasi dalam penerapan standar teknis dilapangan.


Yakinlah bahwa dengan mengerjalan sesuatu dengan sepenuh hati, maka persaingan hakikinya tidak ada. Apalah arti produktivitas di Thailand, Australia dan yang lainnya sepanjang kita mampu menggali mutiara di negeri sendiri (9).

0 komentar:

Posting Komentar